hujan mungkin adalah salah satu sahabatku, matahari ? aku
tak terlalu suka dengannya. dia hanya bisa memberikan sinar panas yang bisa
membakar tubuhku berbeda dengan hujan yang selalu membawa ketenangan dan
keceriaan. bagi yang menyadarinya.
tak terasa pipi ini merasakan tetesan air yang berasal dari
mata ini. entah kenapa mata ini mengeluarkan air yang tak diharapkan
kehadiranya. kehilangan seseorang adalah sesuatu hal yang sangat menyakitkan
apalagi yang meninggalkan kita adalah orang yang paling kita sayang dan cinta.
sebuah undangan pernikahan di genggamnya dengan erat.
seorang wanita yang tersakiti akan getirnya cinta yang tak memandang bulu tak
memandang kelas sosial dan bentuk rupa seseorang.
"aku hanya bisa melihat dari jendela betapa indahnya
hujan sore ini" sambil melihat undangan itu "tapi apakah besok aku
bisa menjadi indah tanpamu seperti hujan sore ini ?" Anna pun terpejam dan
mulai melihat kebelakang, mengenang memori-memori indah bersama pria yang besok
akan menikahi orang lain. sungguh bukan hal yang mudah melupakan seseorang yang
selalu ada dalam kurun waktu yang panjang. Anna tersentak saat temannya menepuk
punggungnya "hei, kamu masih ingin pergi ke pernikahannya ?" tanya temannya. "entah, aku masih merasa
kikuk bila aku datang ke sana, apa yang harus aku lakukan ? tersenyum palsu
menghadapi kenyataan yang pahit ini ?" . sambar temanya "tak ada yang
manis dalam kehidupan ini bila kamu percaya, tapi bila kamu bisa melewatinya dengan senyuman indah,
percayalah semua kepahitanmu akan menjadi manis dan kegetiranmu akan menjadi
sebuah keindahan yang tidak akan kamu lupakan."
saat petir menyambar anna menyadari tidak ada yang berbicara
dengannya, dia hanya berbicara dengan isi hatinya sendiri. tak ada yang
menemaninya. kebimbangan yang merasuki dirinya semakin masuk dalam jurang hati
yang terdalam. dia hanya bisa memandangi air hujan yang terus turun membasahi
bumi tiada henti. tak dirasa lagi air matanya mulai membasahi pipinya saat dia mengarungi memori masa lalu bersamanya. saat
dia melihat foto bersama pria tersebut hatinya begitu kalut tidak karuan,
otaknya seakan menciut menjadi sekecil biji jeruk membuatnya tidak bisa
berpikir jernih. hatinya seakan tersambar petir.
dia menatap hujan di luar begitu dalam, kesedihan dan
kepiluan hatinya semakin menjadi jadi saat dia melihat air hujan di lepaskan
begitu saja dari genggaman awan gelap di atasnya. air hujan begitu bebas terjun
menuju bumi dan membasahi nya tanpa
beban. awan bagaikan dia yang melepaskan begitu saja tanpa ada beban, dan aku
lah air hujan yang turun ke bumi.
"tapi apakah aku harus mati dan tenggelam dalam
pedihnya perasaan ini yang tersambar petir ? tapi aku tak mau melihatnya dengan
orang lain, kenapa dia harus meninggalkan ku ? aku tak habis pikir dengan semua
ini ? apakah karena aku yang kurang bisa memenuhi ekspektasi dia ? aku telah
memberikan segalanya untuknya tetapi dia tidak memberikan sebaliknya ? "
plak !!! ....tamparan keras mendarat di pipinya yang basah
karena air mata dan suara petirpun bagaikan tamparan untuk
hatinya..."hei...BANGUN ! lihat dirimu ! bagaikan fakir miskin yang tak
berotak dan tak bertuan, mengais-ngais belas kasihan dan memohon mohon recehan
tak berarti dari mereka orang-orang kaya yang tidak peduli dengan dirimu
!" anna pun terdiam, sentakan yang membuatnya terbangun dari mimpi buruk
nya. " CINTA yang AGUNG
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata
‘Aku turut berbahagia untukmu’
Apabila cinta tidak berhasil…
BEBASKAN dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas LAGI ..
Ingatlah…
bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
bersamanya…
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..
MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…
seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu…
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…
seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…”
“…pabila cinta memanggilmu…
ikutilah dia walau jalannya berliku-liku…
Dan, pabila sayapnya merangkummu…
pasrahlah serta menyerah,
walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”
mendengar kata-kata indah itu anna langsung memalingkan
wajahnya dari jendela yang telah basah kuyup karena hujan deras tiada henti.
matahari akhirnya menyerah, karena awan-awan gelap yang
menyelimutinya seharian matahari tidak bisa menunjukan kedigdayaanya sinarnya
begitu redup seperti hati anna. dan hujan pun akhirnya berakhir dan bulan pun
menjadi satu-satunya terang di gelapnya malam. tak tampak bintang-bintang
menemani bulan yang hanya berdiri sendiri tapi bulan begitu bersinar dengan
kuasanya. tidak ada halangan, tidak ada awan gelap yang mengakibatkan hujan di
kota kembang.
tetes-tetes sisa hujan di siang hari menemani malam anna
yang mulai bisa bangkit dari kepedihan hatinya. suara air itu membuatnya bisa
berpikir lebih logis dan jernih. saat dia melihat undangan pernikahan dari seseorang
yang dia pernah cintai, dia memberanikan diri untuk melihat lokasi dimanakah
pernikahan itu akan diadakan. saat dia melihat lokasi dan nama dari kedua
mempelai yang esok akan menjadi raja dan ratu untuk sehari itu, tak ada air
mata yang menetes karena sudah habis seperti hujan yang akhirnya berakhir
membasahi bumi. tarikan nafas yang dalam memperlihatkan bila dia berusaha untuk
membesarkan hatinya untuk menerima kenyataan bila dia sudah di tinggalkan jauh.
harapan dan hayalan yang dia bangun dulu bersama lelaki itu seakan sirna
bagaikan alang-alang yang di tiup sekuat tenaga.
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…seperti kata yang
tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu…Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana…seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada…” anna melihat dirinya di cermin
kamarnya. "aku mungkin orang yang lemah, tetapi aku bisa menghadapimu
dengan sebuah senyuman yang bisa merubahku menjadi orang yang tegar"
matanya pun terpejam, menikmati kedamaian hati yang akhirnya
dia dapatkan. seperti bulan yang mendapatkan langit yang bebas dari awan gelap
yang menghasilkan butir-butir air hujan.
keesokan harinya, saat matahari sedikit menunjukan sinar kuning yang menghangatkan
kamar anna. anna pun tersenyum melihatnya. baru kali ini dia tersenyum kepada
matahari. sebuah tantangan yang tak pernah dia lakukan.
sebuah gaun merah indah sudah dia persiapkan untuk pergi ke
pernikahan yang tentunya bakal lebih indah bila dia pun bisa menghadapinya dan
menerima tantangan kehidupannya walaupun tantangan itu terselip sebuah pisau
kecil yang akan melukai hatinya.