Sunday, May 25, 2014

my dreams world

Teet…..teeet…..teeet…..teeeet……alarm handphone pun berdering begitu kencang. Hampir seantero rumah bisa mendengar begitu kencangnya suara alarm handphone itu. Jam menujukan pukul 5.30 pagi, matahari pun sudah mulai terbit menggantikan bulan yang mulai tenggelam. Aku pun dengan berat mata mulai mencoba untuk terbangun dari mimpi indah ku semalam.


Semalam aku bermimpi sangat indah. Saking indahnya aku pun terlupa mimpi aku semalam. Tapi senyum pun masih bisa mampir di pagi yang berat ini. Banyak hal yang aku lewatkan. Tugas belum sedikitpun aku kerjakan padahal deadline semakin mendekat. Ahhhhh rusak sudah pagi ku karena mengingat tugas itu. Suara langkah kaki pun mulai terdengar, ya ayahku mulai naik menuju kamarku untuk membangunkan ku dengan suara lantangnya. “timoooo !!! timoooo !! wake up you sleepy boy !!!” ayahku memekik seperti ayam jago yang sudah mengetahui bila waktu pagi sudah datang dan memang sudah kebiasaanya untuk membangunkan ku dengan cara begitu. Ayahku keturunan Inggris manado, yes  he’s really  a brittish man. “yaaaa paaa, give me 5 minutes more!” jawabku, “nooo ! sekarang atau tak ada sarapan untukmu!” ancamnya. Ancaman yang selalu ku dengar setiap pagi dari umurku 5 tahun sampai sekarang aku berumur 20 tahun. “heeehhh, fine pa fine” dan aku selalu menurutinya entah kenapa, mungkin karena ancaman tak ada sarapan yang selalu aku percayai. Dengan berat mata aku pun mulai turun dari ranjangku yang Nampak begitu posessif, yang seakan memaksaku untuk kembali mendekapnya dan menikmati sisa mimpi ku semalam yang begitu indah.

Saat jendela kamarku ku buka, Nampak pemandangan sekitarku yang ya standar saja tidak ada yang special, hanya jajaran beberapa rumah yang berbentuk hampir tidak beraturan, anak-anak kecil yang mulai berangkat ke sekolah dan ibu-ibu yang bergossip sambil berbelanja sayuran. Aku pun mulai menuruni tangga dan menuju meja makan. Nasi goreng hangat dan teh hangat sudah tersaji di meja makan. “selamat pagi timo” sapa ibuku. Ibuku adalah seorang jawa yang ramah dan lembut, ya bagaimana saja orang jawa kebanyakan. “pagi ma, enak banget ini nasi gorengya” aku pun menyapa balik “ahhh sama aja kok bumbunya” ibuku menjawab. “ahhh gara-gara mimpi semalem kali ya ma”….”mimpi apa kamu semalam memang boy ?” Tanya ayahku. “mimpi apa ya ? Aku juga lupa pa saking indahnya” jawabku “hmmmmm coba kamu ingat-ingat lagi, siapa tau itu pertanda lho” ya ayahku sedikit percaya dengan takhayul. “yang pasti sih suasana di luar rumah tuh bukan seperti biasanya pa, berubah aja. Matahari nya tidak terlalu menyengat dan bagunan orang-orang yang aku liat juga berubah. Maksudnya bukan jadi alien ya tapi ya gitu jadi bukan orang Indonesia aja” tuturku sambil memakan sepiring nasi goreng yang sungguh menggoda selera. “hmmmmm jadi kayak di Inggris gitu ga ??” Tanya ayahku sambil meyeruput kopi hitam favoritnya. “persis pa!” seru ku semangat. Ya aku sempat pernah ikut dengan ayahku mudik ke Inggris. Tidak ayahku bukan seorang Londoners tapi dia berasal dari Liverpool. Sebuah kota pelabuhan yang ada di Inggris yang terkenal dengan tim sepak bolanya Liverpool FC dan band legendaris The Beatles.
“kamu ingin ke Liverpool lagi?” Tanya ayahku. “iyah sih tapi ntar aja deh pa masih banyak yang harus di beresin nih di bandung” jawabku santai sambil membereskan piring yang sudah kosong. “aduhhhh mau ke Inggris ahhh ga ada ga ada, kuliahmu tuh le cepet beresin!” ibuku mendumel sambil membereskan sarapan yang sudah di lahap oleh aku dan adiku. “iya iya maaaaa…..” akupun sambil mengambil handuk menjawab dumelan ibuku.

Hari ini perkuliahan sangatlah penuh, hampir tak ada waktu untuk sedikit bernafas di dalam lautan ilmu yang biasa di sebut perkuliahan. Ya namanya mahasiswa yang sudah menuju tingkat akhir dan sudah mengetahui beberapa trik mengelabui dosen akupun sedikit berenang ke tepian dari lautan ilmu untuk menarik nafas sejenak. Bertemu dengan beberapa temanku yang sama-sama melakukan hal yang ku lakukan. “gar, gue semalem dapet mimpi indah banget!” cetusku sambil membakar sebatang rokok. “mimpi apa lo mo?” gara bertanya. Gara adalah temanku sejak pertama kali kuliah. Tidak terlalu pintar tetapi dia adalah seorang visioner dan dapat beradapatasi dengan segala cuaca panas atau dingin, hujan atau kemarau. Manusia inilah yang pantas di kirim ke mars untuk percobaan apakah manusia bisa hidup di mars atau tidak. “ga tau gue lupa lagi, pokoknya indah tapi suasananya yang gue tangkep sih kayak bukan di bandung” jelas ku. “kayak dimana ? Inggris ??” Tanya dia penasaran. “iya deh kayaknya soalnya gue sampe bisa ngerasain mataharinya ga terlalu terik dan bangunan-bangunan yang gue liat sih ga kayak bangunan yang ada di Indonesia” tukasku semangat “trus?” gara semakin penasaran. “ya itu pokoknya yang gue inget selebihnya gue lupa” gara pun mulai semakin penasaran saat penjelasanku begitu mengambang. “ahhh lo, mimpi sendiri aja ga inget gimana sih !!” cetus gara ketus sambil memainkan matanya yang besar seperti di sinetron-sinetron Indonesia “hahaha apaan sih lo, gue yang mimpi lo yang sewot!” jawabku sambil terkekeh geli melihat kelakuannya yang mulai absurd. “ah udah ahhh ga rame, gue mau kembali mengarungi samudra ilmu di kampus tercinta ini ya wahai temanku” gara, sambil melambaikan tangan bagaikan seorang raja itali yang gagal “yahhh gue sendiri dong ? ga seru nih” aku pun memelas “so long mate, see you soon!!” gara pun sambil berlari kecil meninggalkanku.
Rokok mulai habis dan matahari semakin menunjukan kedigdayaannya dengan sinarnya yang begitu menyengat di kulit. Segelas es teh pun menjadi sebuah jawaban dari semua kegerahan ini. Sambil menikmati segelas es teh aku pun sedikit mulai mengingat-ingat kembali apa isi mimpiku semalam. Suasananya Nampak khas dan ada satu yang ku ingat seorang wanita bermantel hitam dan memakai syal coklat melingkar di lehernya. Wajahnya ? aku belum ingat betul bagaimana wajahnya hanya itu yang teringat jelas dan oh ya rambutnya yang hitam berkilau.
Perkuliahan hari ini pun akhir nya berakhir dengan meninggalkan beberapa deadline tugas yang harus segera di kerjakan karena para monster-monster lautan ilmu itu tak dapat menahan diri mereka melahap para mahasiswa yang telat mengerjakan tugas-tugas. Hari ini berjalan dengan sangat aneh bagiku. Entah karena mimpi semalam yang membuat hari ku menjadi aneh padahal mimpi semalam adalah mimpi yang indah dan tidak buruk sama sekali…seingatku. aku masih sangat penasaran dengan mimpi semalam, apa yang terjadi dan siapa wanita di mimpiku itu ??

“sudah pulang toh anak mama ini ?? cepet sana ganti baju trus makan dulu mama udah nyiapin makan malam untuk kamu” ibu ku menyambut dengan hangat anaknya yang terlihat sangat lelah setelah mengarungi lautan perkuliahaan yang berat. “papa mana ma ? tumben jam segini belum pulang” mataku sambil menyari sosok putih kekar besar yang biasa ku sebut dengan ayah. “masih ada kerjaan mendadak katanya dan nampaknya mulai besok mama papa dan adikmu akan pergi ke manado untuk menjenguk kakekmu, sudah lama dia ingin bertemu dengan ayahmu” mataku pun mendadak terbelalak sejenak karena terkejut “ngedadak banget sih ma ? trus timo gimana dong di rumah ??” aku pun menyambar karena tak mau di tinggal di rumah sendirian “ya udah kamu sendiri dulu di rumah, ga akan lama kok kita cuman pergi selama seminggu aja ga lebih, toh papamu juga ga bisa cuti lama-lama” jawab ibu ku santai sambil berjalan menuju kamarnya. Aku hanya bisa menghela nafas karena seminggu kedepan tidak akan ada sarapan dan makan malam yang siap tersaji di meja makan setiap hari nya. Tetapi aku pun merasa santai karena tidak akan mendengar pekikan ayahku setiap pagi dan harus mendengar ancaman-ancaman nya lagi setiap pagi.

Setelah mengerjakan beberapa tugas yang begitu rumit dengan teori-teori Sigmund freud, Maslow dan beberapa tokoh-tokoh yang bisa merubah paradigma lainnya, aku pun membuka jendela kamarku untuk menikmati suasana malam hari yang cerah. Tak ada awan yang bergelantungan di langit, bulan dan bintang bersinar cukup indah malam ini. Dengan maksud bersantai sambil menikmati segelas kopi hangat yang baru saja aku bikin dan sebungkus rokok yang masih utuh, pikiranku terbawa kembali ke mimpi semalam. “mimpi apa aku semalam, kenapa begitu susah untuk di ingat” aku pun mulai bergumam di dalam hati. Apa iya mimpi bisa menjadi sebuah pertanda ? aku bukanlah seorang yang percaya dengan takhayul yang berbau klenik dan mistis, aku adalah tipe orang yang realistis. Tetapi logika tidak bisa menjelaskan apa arti mimpi semalam.
“mas timo ! syelo ada ?” teman adiku memanggil dari bawah “ada kok masuk aja, jangan lupa ketok pintu dulu tapinya oke !” aku pun menjawab dengan lantang dari jendela kamarku. Ahh buyar sudah pikiranku yang tadinya sudah terfokus dengan mimpiku semalam karena teriakan teman dari adiku tadi. Akupun melanjutkan menikmati malam ku sambil mendengarkan lantunan merdu dari band Coldplay. Tak lama suara notification line handphone ku berdering, saat ku lihat ada chat dari temanku Indah yang menanyakan beberapa tugas apa saja yang harus di kerjakan untuk besok. “ndah pernah ga sih kamu mimpi terus pas bangun lupa kamu mimpi apa ? tapi pas di mimpi tuh kamu bener-bener bisa merasakan apa yang ada di sana, mataharinya, dingin anginnya, dan bau-bau yang ada di mimpi khas banget padahal pas di mimpi itu aku posisinya ada di kamarku sendiri” tanyaku penasaran. “ya ga aneh sih le, emang kadang kita ga bisa nginget apa mimpi kita karena kita terlalu lelap saat bermimpi, mungkin kamu kena lucid dream” jelas indah “hahhh ? apaan tuh ? pokoknya kamu besok harus ngjelasin yah apa itu lucid dream” aku pun membalas chat dari indah “iya iya bule, baca aja kali di google banyak” bule nama panggilan ku yang tak bisa aku hindari lagi karena perawakanku yang putih, hidung mancung dan mata berwarna coklat muda ini semua karena gen yang di turunkan oleh ayahku. “ahhh lagi males baca abis ngerjain tugas nih cape besok aja deh okeh jelasin eheheheh” jawabku sambil menutup chat window dari Indah. Indah adalah teman dekatku selain Gara. Kita bertiga selalu menjadi sebuah paket pertemanan yang tidak bisa di lepaskan terkecuali para monster lautan ilmu lah yang bisa memisahkan kita karena perbedaan jam kuliah dan kelas.

Jam sudah menunjukan jam 11.00 malam, suasana luar rumah pun menjadi sepi dan angin yang berhembus menjadi semakin dingin. Tempat tidurku pun seakan memanggil untuk segera menikmati kenikmatan berbaring di atasnya, tanpa pikir panjang aku pun langsung meloncat ke tempat tidurku yang nyaman walaupun berantakan dan tak beraturan. Sambil mengingat kembali beberapa deadline apakah telah aku kerjakan atau belum sambil mencek timeline twitter yang sudah mulai sepi. Tak lama aku pun terlelap menuju nirwana mimpi. Waktu seakan berhenti saat aku pergi ke alam bawah sadarku.

Aku pun terbangun di sebuah lorong dingin di sebuah perkotaan kuno. Lorong dengan bebatuan basah karena air hujan. Sayup-sayup terdengar suara yang asing dan tak biasa di telinga ku. Berusaha untuk mengerti apa yang terjadi dan mencoba untuk mengingat ada dimana aku, aku merasakan ada tarikan dari belakang dan menyeret ku untuk segera berlari menjauhi lorong. Saat berlari aku pun melihat sosok yang tak asing, seorang wanita dengan mantel hitam dan syal coklat. Aku di ajaknya ke sebuah rumah gubuk di atas bukit. Tidak terlalu tinggi memang bukitnya tapi langsung bisa merasakan angin dingin yang begitu menusuk ke tulang. Ini bukan angin di wilayah iklim tropis, ini berbeda. Langsunglah aku di bawa masuk olehnya. “untunglah aku datang di waktu yang tepat, memang apa kata sang master tidak pernah salah” ucap wanita itu. Aku masih berusaha sadar dengan apa yang terjadi, “hahh siapa sang master ? ada apa ini ? ini kenapa ??”tanyaku bertubi-tubi sambil melihat sekelling.


(to be continue)

No comments:

Post a Comment