hal yang langka. Anna sangatlah tidak percaya dengan
kebetulan. tapi apakah ini sebuah kebetulan atau memang sudah rencana yang
tersusun rapih oleh semesta mempertemukan mereka berdua lagi ? Anna masih
bertanya-tanya dalam dirinya "apakah iya ? mungkin dia memang sering ke
sini, dan aku memang sudah jarang ke sini maka dari itu aku jarang melihatnya
ada di sini." Anna bergumam dalam hatinya.
"hei siapa dia Anna ? kau seakan melihat sesosok hantu
saja sampai-sampai kau terpaku dan tidak mendengarkan ceritaku." Hujan
mulai kesal karena tidak lagi di perhatikan oleh kawan lamanya ini.
"hah...hah....maaf Hujan, aku hanya terkejut saja melihatnya. apa kau percaya dengan kebetulan ?"
"iya siapa yang kau lihat ? kebetulan ? ya itu bisa saja terjadi, kau sendiri kan semesta memiliki caranya sendiri untuk mengecohkan rencana dari mahkluk di dunia yang di juluki manusia" Hujan kesal dan mulai memangku dagu ke tangannya.
"itu pria yang waktu itu aku bertemu di sini, Arthur. kau masih ingatkan ??" Anna masih penasaran dengan kata 'kebetulan'
"ohhh Arthur, yang mana orangnya ??" Hujan mulai penasaran dengan menengok ke belakang mencari-cari sosok pria yang membuat temannya seakan melihat manusia mati kembali bisa berjalan. dan Anna pun langsung menunjukan jari telunjuknya ke arah Arthur. Arthur pun tidak sadar bila di sana ada Anna sedang melihatnya tajam. Arthur langsung memesan segelas capucino tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. setelah pesananya datang Arthur pun langsung keluar dari Coffee shop itu.
"hah...hah....maaf Hujan, aku hanya terkejut saja melihatnya. apa kau percaya dengan kebetulan ?"
"iya siapa yang kau lihat ? kebetulan ? ya itu bisa saja terjadi, kau sendiri kan semesta memiliki caranya sendiri untuk mengecohkan rencana dari mahkluk di dunia yang di juluki manusia" Hujan kesal dan mulai memangku dagu ke tangannya.
"itu pria yang waktu itu aku bertemu di sini, Arthur. kau masih ingatkan ??" Anna masih penasaran dengan kata 'kebetulan'
"ohhh Arthur, yang mana orangnya ??" Hujan mulai penasaran dengan menengok ke belakang mencari-cari sosok pria yang membuat temannya seakan melihat manusia mati kembali bisa berjalan. dan Anna pun langsung menunjukan jari telunjuknya ke arah Arthur. Arthur pun tidak sadar bila di sana ada Anna sedang melihatnya tajam. Arthur langsung memesan segelas capucino tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. setelah pesananya datang Arthur pun langsung keluar dari Coffee shop itu.
Anna sedikit penasaran, dia ingin mengejar Arthur tapi dia
masih memikirkan harga dirinya. "kenapa
? kau ingin mengejarnya ? kejar lah dia tak usah kau pikirkan gengsimu
itu. itu juga bila kamu mau" Hujan seakan tahu perasaan dari Anna yang
ingin berdiri dan mengejar Arthur hanya untuk mengucapkan kata 'hai' saja.
"Ah tidak, untuk apa ? mungkin nanti juga bertemu. sudahlah toh dia juga
sudah pergi untuk apa aku harus mengejarnya ? yang ada aku akan kikuk dan yang
terburuk adalah aku malah tidak bisa berkata-kata lagi. apa untungnya untuk ku
?" muka Anna memerah, muka Anna
seakan tidak bisa berbohong kalau ada sesuatu yang dia simpan dalam hatinya.
"bila kau tidak mau mengejarnya sekarang ? ya sudah itu adalah keputusanmu. semua hal tidak akan terulang dua kali." Hujan pun hanya tersenyum melihat Anna.
"bila kau tidak mau mengejarnya sekarang ? ya sudah itu adalah keputusanmu. semua hal tidak akan terulang dua kali." Hujan pun hanya tersenyum melihat Anna.
tak lama kemudian Arthur melewati jendela besar di sebelah
tempat duduk Hujan dan Anna. Arthur pun tersenyum. dia pun melambaikan
tangannya dan tersenyum kepadanya. "apakah aku boleh ikut duduk di sana
?" Arthur berkata di balik jendela besar yang tertutup. Hujan dan Anna pun
memasang muka heran karena suara Arthur tidak terdengar jelas. akhirnya Arthur
pun mengayunkan tangannya dan berjalan setengah berlari masuk kembali ke Coffee
shop. Arthur menebarkan senyumannya saat masuk kembali ke dalam. "hei, aku
tidak melihatmu saat masuk tadi, sejak kapan kau ada di sini ?" Arthur
meletakan gelas kertasnya yang berisi capucino di meja Anna dan Hujan.
"euuuuuu...hmmmm....aku sudah sejak tadi di sini dan aku juga euuuu melihatmu saat masuk tadi." Anna menjawab sambil tergagap karena malu.
"mengapa kau tidak memanggilku ? maaf kan aku juga tidak melihatmu"
"euuu...tidak, aku hanya euuuu....ini kenalkan temanku Hujan"
"Hujan, nama yang bagus. Arthur" tangan Arthur dan Hujan pun saling bersalaman.
"euuuuuu...hmmmm....aku sudah sejak tadi di sini dan aku juga euuuu melihatmu saat masuk tadi." Anna menjawab sambil tergagap karena malu.
"mengapa kau tidak memanggilku ? maaf kan aku juga tidak melihatmu"
"euuu...tidak, aku hanya euuuu....ini kenalkan temanku Hujan"
"Hujan, nama yang bagus. Arthur" tangan Arthur dan Hujan pun saling bersalaman.
Hujan hanya menjawab degnan senyuman tipis. "maafkan aku,
aku tidak bisa terlalu lama di sini karena klienku menunggu di kantornya."
Arthur pun langsung mengangkat gelas kertasnya dan melambaikan tangan
menandakan dia akan pergi. Anna hanya terpaku dan melambaikan tangan juga
kepadanya.
"kebetulan ? apa iya kebetulan itu ada ? ahh tidak
mungkin." Anna berbicara kepada Hujan.
"alam sudah merencanakan sesuatu yang di luar nalar kita Anna, tapi ya terserah lagi padamu apakah kau mau percaya atau tidak. sederhana bukan ?"
"iya memang sederhana tetapi hmm...tapi aku..."
"kenapa ? aku tahu apa yang kau rasa sekarang Anna hehe"
"apa ?"
"kau tertarik padanya bukan ?? janganlah bohong pada dirimu sendiri Anna." Hujan tersenyum lagi sambil meminum segelas coklat panas yang dia pesan.
"hmmm...aku hmmmm...memang aku tertarik padanya tetapi aku masih belum bisa menerima orang baru secepat ini." Anna menutup mukanya dengan kedua tangannya. "hatiku masih pada pria yang dulu pernah singgah di hatiku selama beberapa tahun. tidak lah mudah melupakannya, tetapi Arthur seakan datang untuk memberikan cahaya baru kepada hatiku. semuanya terlalu cepat."
"alam sudah merencanakan sesuatu yang di luar nalar kita Anna, tapi ya terserah lagi padamu apakah kau mau percaya atau tidak. sederhana bukan ?"
"iya memang sederhana tetapi hmm...tapi aku..."
"kenapa ? aku tahu apa yang kau rasa sekarang Anna hehe"
"apa ?"
"kau tertarik padanya bukan ?? janganlah bohong pada dirimu sendiri Anna." Hujan tersenyum lagi sambil meminum segelas coklat panas yang dia pesan.
"hmmm...aku hmmmm...memang aku tertarik padanya tetapi aku masih belum bisa menerima orang baru secepat ini." Anna menutup mukanya dengan kedua tangannya. "hatiku masih pada pria yang dulu pernah singgah di hatiku selama beberapa tahun. tidak lah mudah melupakannya, tetapi Arthur seakan datang untuk memberikan cahaya baru kepada hatiku. semuanya terlalu cepat."
"apalah artinya cepat atau lambat bila semuanya akan
sama saja ?" Hujan memegang tangan Anna lembut. Anna merasa hatinya
tergelitik karena ada sesuatu yang dia rasa berbeda. rasa yang sama seperti
saat dia bertemu pertama kali dengan pria yang sudah menikah dengan wanita lain
itu. jantung yang berdebar-debar saat melihat Arthur adalah rasa yang sama saat
dia melihat pria yang dia cintai nya dulu. apakah ini namanya cinta yang
kembali berkembang setelah sesaat mati ?
"mengapa kau teradiam ? apakah kau mulai memikirkannya
?" Hujan mulai menginterogasi Anna dengan muka seriusnya. "apa kau
tidak siap dengan orang baru saja atau ada hal lain yang membayangimu ?"
suasana menjadi tegang dan Anna mulai tidak nyaman dengan tempat duduknya
sekarang. hujan pun menyenderkan punggungnya, kaki kirinya memangku kaki
kanannya dan tanganya mulai di lipat. matanya tajam menatap Anna lekat-lekat
dengan salah satu alisnya naik ke atas. "janganlah melihatku seperti itu,
aku merasa tidak nyaman dengan tatapanmu." Anna mulai menunduk dengan
pipinya yang merah karena malu. "aku tidak menutup-nutupi perasaanku,
hanya saja mungkin sekarang bukan waktu yang tepat saja." Anna mencoba
menjawab pertanyaan Hujan sambil sedikit berbisik.
"kapan waktu yang tepat ? saat kamu menjadi orang lain
? lepaskan dirimu Anna, biarkan dirimu mengikuti arus sungai cinta ke sebuah
perjalanan panjang sampai kau menemukan sebuah samudra cinta yang luas membentang
di depan nanti. apa perlunya kau menentang arus cinta yang kau rasa sekarang ?
dirimu bukanlah seekor ikan salmon yang bisa menentang arus cinta tetapi dirimu
adalah seekor ikan emas yang terperangkap dalam aliran sungai yang belum pernah
kau kenal sebelumnya. itu lah sebabnya kau mencoba untuk berontak dan menentang
arus asing yang aneh bagi dirimu. tetapi kau masih penasaran dengan arus itu
sendiri. keputusan kembali lagi pada dirimu Anna. aku hanya membantu mu untuk
kembali menjadi Anna yang aku kenal sebelumnya." Hujan mulai memberikan
nasihat-nasihat yang Anna perlukan. tetapi sebagaimana keras Hujan menasihati
Anna, hati Anna masih saja tertutup untuk hal itu.
"namun...aku...ah sudahlah mungkin benar juga apa
katamu. aku ingin juga menikmati arus cinta yang setelah aku sempat terjaring
ke daratan patah hati yang sempat membuatku kehabisan nafas dan tak bisa
berpikir jernih, sejernih air sungai cinta yang biasa aku selami." Anna
menyandarkan kepalanya, karena dia merasa sedikit lelah dengan perbincangan
tentang nostalgia cintanya.
Anna mulai menoleh lemah ke jendela besar, dia melihat
beberapa pasangan yang sangat menikmati indahnya kehidupan cintanya. ada yang
saling memandang tanpa kata tapi seakan saling mengerti satu sama lain. ada
juga yang saling bertukar canda dan tawa. keindahan yang sempat dia rasakan
dulu. tangan Hujan memegang bahu Anna
untuk sekedar membalikan pandangannya.
"sudah, mari kita berjalan-jalan saja daripada kau terdiam seperti ini. aku tidak suka melihatmu seperti ini Anna ! maafkan aku juga sedikit meremehkan mu tadi. aku hanya ingin kau kembali menatap masa depanmu yang indah dengan seseorang yang bisa mencintaimu apa adanya, aku tak mempunyai maksud lain." Hujan meminta maaf karena dia merasa bersalah membuat Anna terdiam dan menjadi muram.
"sudahlah tak usah kau pikirkan Hujan. aku tau kau seperti apa, aku bisa memaklumi perlakuanmu terhadapku tadi memang untuk membuat diriku kembali menjadi bersemangat dan tidak untuk menjatuhkan ku."
"sudah, mari kita berjalan-jalan saja daripada kau terdiam seperti ini. aku tidak suka melihatmu seperti ini Anna ! maafkan aku juga sedikit meremehkan mu tadi. aku hanya ingin kau kembali menatap masa depanmu yang indah dengan seseorang yang bisa mencintaimu apa adanya, aku tak mempunyai maksud lain." Hujan meminta maaf karena dia merasa bersalah membuat Anna terdiam dan menjadi muram.
"sudahlah tak usah kau pikirkan Hujan. aku tau kau seperti apa, aku bisa memaklumi perlakuanmu terhadapku tadi memang untuk membuat diriku kembali menjadi bersemangat dan tidak untuk menjatuhkan ku."
akhirnya mereka pun berpelukan erat layaknya dua orang
sahabat lama yang terpisah sangat lama. dan pada waktu yang bersamaan seorang
pria melihat Hujan dari kejauhan dengan wajah yang berseri juga. pria itupun
berlari menghampiri Coffee shop itu, tetapi sesampainya di sana Hujan dan Anna sudah
meninggalkan tempat itu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun untuk bisa di kejar
oleh pria tersebut. Pria itu pun duduk di tempat Hujan duduk, dia memegang
kepalanya dengan kesal. dia hanya terlambat se per sekian detik saja. kenapa
pria itu begitu ingin bertemu dengan Hujan ? mungkin dia teman lama hujan saja
atau mungkin. entahlah karena dia terlihat tergesa-gesa berlari saat melihat
Hujan.
senja kala itu sangatlah indah. tidak ada hujan di hari itu
yang barang setetes pun turun dari awan kelabu. jangankan hujan awan kelabu pun
bagaikan enggan menggantung di atas sana. terlihat lukisan indah di atas sana
dengan percampuran warna jingga tua dan kuning, perpaduan warna yang indah
untuk hari yang tak pernah Anna dan Hujan lupakan.
No comments:
Post a Comment