Friday, December 12, 2014

the Coffee Shop (part 3)

hal yang langka. Anna sangatlah tidak percaya dengan kebetulan. tapi apakah ini sebuah kebetulan atau memang sudah rencana yang tersusun rapih oleh semesta mempertemukan mereka berdua lagi ? Anna masih bertanya-tanya dalam dirinya "apakah iya ? mungkin dia memang sering ke sini, dan aku memang sudah jarang ke sini maka dari itu aku jarang melihatnya ada di sini." Anna bergumam dalam hatinya.
"hei siapa dia Anna ? kau seakan melihat sesosok hantu saja sampai-sampai kau terpaku dan tidak mendengarkan ceritaku." Hujan mulai kesal karena tidak lagi di perhatikan oleh kawan lamanya ini.
"hah...hah....maaf Hujan, aku hanya terkejut saja melihatnya. apa kau percaya dengan kebetulan ?"
"iya siapa yang kau lihat ? kebetulan ? ya itu bisa saja terjadi, kau sendiri kan semesta memiliki caranya sendiri untuk mengecohkan rencana dari mahkluk di dunia yang di juluki manusia" Hujan kesal dan mulai memangku dagu ke tangannya.
"itu pria yang waktu itu aku bertemu di sini, Arthur. kau masih ingatkan ??" Anna masih penasaran dengan kata 'kebetulan'
"ohhh Arthur, yang mana orangnya ??" Hujan mulai penasaran dengan menengok ke belakang mencari-cari sosok pria yang membuat temannya seakan melihat manusia mati kembali bisa berjalan. dan Anna pun langsung menunjukan jari telunjuknya ke arah Arthur. Arthur pun tidak sadar bila di sana ada Anna sedang melihatnya tajam. Arthur langsung memesan segelas capucino tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. setelah pesananya datang Arthur pun langsung keluar dari Coffee shop itu.
Anna sedikit penasaran, dia ingin mengejar Arthur tapi dia masih memikirkan harga dirinya. "kenapa  ? kau ingin mengejarnya ? kejar lah dia tak usah kau pikirkan gengsimu itu. itu juga bila kamu mau" Hujan seakan tahu perasaan dari Anna yang ingin berdiri dan mengejar Arthur hanya untuk mengucapkan kata 'hai' saja. "Ah tidak, untuk apa ? mungkin nanti juga bertemu. sudahlah toh dia juga sudah pergi untuk apa aku harus mengejarnya ? yang ada aku akan kikuk dan yang terburuk adalah aku malah tidak bisa berkata-kata lagi. apa untungnya untuk ku ?" muka Anna memerah,  muka Anna seakan tidak bisa berbohong kalau ada sesuatu yang dia simpan dalam hatinya.
"bila kau tidak mau mengejarnya sekarang ? ya sudah itu adalah keputusanmu. semua hal tidak akan terulang dua kali." Hujan pun hanya tersenyum melihat Anna.
tak lama kemudian Arthur melewati jendela besar di sebelah tempat duduk Hujan dan Anna. Arthur pun tersenyum. dia pun melambaikan tangannya dan tersenyum kepadanya. "apakah aku boleh ikut duduk di sana ?" Arthur berkata di balik jendela besar yang tertutup. Hujan dan Anna pun memasang muka heran karena suara Arthur tidak terdengar jelas. akhirnya Arthur pun mengayunkan tangannya dan berjalan setengah berlari masuk kembali ke Coffee shop. Arthur menebarkan senyumannya saat masuk kembali ke dalam. "hei, aku tidak melihatmu saat masuk tadi, sejak kapan kau ada di sini ?" Arthur meletakan gelas kertasnya yang berisi capucino di meja Anna dan Hujan.
"euuuuuu...hmmmm....aku sudah sejak tadi di sini dan aku juga euuuu melihatmu saat masuk tadi." Anna menjawab sambil tergagap karena malu.
"mengapa kau tidak memanggilku ? maaf kan aku juga tidak melihatmu"
"euuu...tidak, aku hanya euuuu....ini kenalkan temanku Hujan"
"Hujan, nama yang bagus. Arthur" tangan Arthur dan Hujan pun saling bersalaman.
Hujan hanya menjawab degnan senyuman tipis. "maafkan aku, aku tidak bisa terlalu lama di sini karena klienku menunggu di kantornya." Arthur pun langsung mengangkat gelas kertasnya dan melambaikan tangan menandakan dia akan pergi. Anna hanya terpaku dan melambaikan tangan juga kepadanya.
"kebetulan ? apa iya kebetulan itu ada ? ahh tidak mungkin." Anna berbicara kepada Hujan.
"alam sudah merencanakan sesuatu yang di luar nalar kita Anna, tapi ya terserah lagi padamu apakah kau mau percaya atau tidak. sederhana bukan ?"
"iya memang sederhana tetapi hmm...tapi aku..."
"kenapa ? aku tahu apa yang kau rasa sekarang Anna hehe"
"apa  ?"
"kau tertarik padanya bukan ?? janganlah bohong pada dirimu sendiri Anna." Hujan tersenyum lagi sambil meminum segelas coklat panas yang dia pesan.
"hmmm...aku hmmmm...memang aku tertarik padanya tetapi aku masih belum bisa menerima orang baru secepat ini." Anna menutup mukanya dengan kedua tangannya. "hatiku masih pada pria yang dulu pernah singgah di hatiku selama beberapa tahun. tidak lah mudah melupakannya, tetapi Arthur seakan datang untuk memberikan cahaya baru kepada hatiku. semuanya terlalu cepat."
"apalah artinya cepat atau lambat bila semuanya akan sama saja ?" Hujan memegang tangan Anna lembut. Anna merasa hatinya tergelitik karena ada sesuatu yang dia rasa berbeda. rasa yang sama seperti saat dia bertemu pertama kali dengan pria yang sudah menikah dengan wanita lain itu. jantung yang berdebar-debar saat melihat Arthur adalah rasa yang sama saat dia melihat pria yang dia cintai nya dulu. apakah ini namanya cinta yang kembali berkembang setelah sesaat mati ?
"mengapa kau teradiam ? apakah kau mulai memikirkannya ?" Hujan mulai menginterogasi Anna dengan muka seriusnya. "apa kau tidak siap dengan orang baru saja atau ada hal lain yang membayangimu ?" suasana menjadi tegang dan Anna mulai tidak nyaman dengan tempat duduknya sekarang. hujan pun menyenderkan punggungnya, kaki kirinya memangku kaki kanannya dan tanganya mulai di lipat. matanya tajam menatap Anna lekat-lekat dengan salah satu alisnya naik ke atas. "janganlah melihatku seperti itu, aku merasa tidak nyaman dengan tatapanmu." Anna mulai menunduk dengan pipinya yang merah karena malu. "aku tidak menutup-nutupi perasaanku, hanya saja mungkin sekarang bukan waktu yang tepat saja." Anna mencoba menjawab pertanyaan Hujan sambil sedikit berbisik.
"kapan waktu yang tepat ? saat kamu menjadi orang lain ? lepaskan dirimu Anna, biarkan dirimu mengikuti arus sungai cinta ke sebuah perjalanan panjang sampai kau menemukan sebuah samudra cinta yang luas membentang di depan nanti. apa perlunya kau menentang arus cinta yang kau rasa sekarang ? dirimu bukanlah seekor ikan salmon yang bisa menentang arus cinta tetapi dirimu adalah seekor ikan emas yang terperangkap dalam aliran sungai yang belum pernah kau kenal sebelumnya. itu lah sebabnya kau mencoba untuk berontak dan menentang arus asing yang aneh bagi dirimu. tetapi kau masih penasaran dengan arus itu sendiri. keputusan kembali lagi pada dirimu Anna. aku hanya membantu mu untuk kembali menjadi Anna yang aku kenal sebelumnya." Hujan mulai memberikan nasihat-nasihat yang Anna perlukan. tetapi sebagaimana keras Hujan menasihati Anna, hati Anna masih saja tertutup untuk hal itu.
"namun...aku...ah sudahlah mungkin benar juga apa katamu. aku ingin juga menikmati arus cinta yang setelah aku sempat terjaring ke daratan patah hati yang sempat membuatku kehabisan nafas dan tak bisa berpikir jernih, sejernih air sungai cinta yang biasa aku selami." Anna menyandarkan kepalanya, karena dia merasa sedikit lelah dengan perbincangan tentang nostalgia cintanya.
Anna mulai menoleh lemah ke jendela besar, dia melihat beberapa pasangan yang sangat menikmati indahnya kehidupan cintanya. ada yang saling memandang tanpa kata tapi seakan saling mengerti satu sama lain. ada juga yang saling bertukar canda dan tawa. keindahan yang sempat dia rasakan dulu. tangan Hujan memegang  bahu Anna untuk sekedar membalikan pandangannya.
"sudah, mari kita berjalan-jalan saja daripada kau terdiam seperti ini. aku tidak suka melihatmu seperti ini Anna ! maafkan aku juga sedikit meremehkan mu tadi. aku hanya ingin kau kembali menatap masa depanmu yang indah dengan seseorang yang bisa mencintaimu apa adanya, aku tak mempunyai maksud lain." Hujan meminta maaf karena dia merasa bersalah membuat Anna terdiam dan menjadi muram.
"sudahlah tak usah kau pikirkan Hujan. aku tau kau seperti apa, aku bisa memaklumi perlakuanmu terhadapku tadi memang untuk membuat diriku kembali menjadi bersemangat dan tidak untuk menjatuhkan ku."
akhirnya mereka pun berpelukan erat layaknya dua orang sahabat lama yang terpisah sangat lama. dan pada waktu yang bersamaan seorang pria melihat Hujan dari kejauhan dengan wajah yang berseri juga. pria itupun berlari menghampiri Coffee shop itu, tetapi sesampainya di sana Hujan dan Anna sudah meninggalkan tempat itu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun untuk bisa di kejar oleh pria tersebut. Pria itu pun duduk di tempat Hujan duduk, dia memegang kepalanya dengan kesal. dia hanya terlambat se per sekian detik saja. kenapa pria itu begitu ingin bertemu dengan Hujan ? mungkin dia teman lama hujan saja atau mungkin. entahlah karena dia terlihat tergesa-gesa berlari saat melihat Hujan.
senja kala itu sangatlah indah. tidak ada hujan di hari itu yang barang setetes pun turun dari awan kelabu. jangankan hujan awan kelabu pun bagaikan enggan menggantung di atas sana. terlihat lukisan indah di atas sana dengan percampuran warna jingga tua dan kuning, perpaduan warna yang indah untuk hari yang tak pernah Anna dan Hujan lupakan.



-Alta Titus-

No comments:

Post a Comment