Tuesday, December 2, 2014

the coffee shop (part 2)

Anna begitu cantik hari itu, mengenakan gaun merah dengan riasan yang cerah membuat dirinya nampak sangat ceria. mungkin hatinya tidak seperti wajahnya tapi dia telah menantang matahari dan akhirnya Anna pun berani datang ke pernikahan seseorang yang dulu pernah dia cinta.
warna gaun nya menarik berbagai mata yang ada di coffe shop itu. dengan membawa segelas coklat panas Anna pun duduk di sebelah jendela besar yang menghadap ke jalan. dia melihat begitu banyaknya orang-orang yang begitu bersuka cita. Anna pun merasakan kesendirian yang  mendalam. tidak ada seseorang lagi di seberang kursi tempat dia berlabuh. tak ada lagi teman yang bisa dia ajak berbicara tentang hal-hal aneh di dunia ini. tidak ada lagi cinta yang dia rasa. hatinya seakan membeku sampai coklat panas yang ada di depannya tidak bisa menghangatkan hatinya.
Anna menyandarkan kepalanya di jendela kaca. dia berusaha  merapihkan kembali sisi-sisi hatinya yang sudah rontok karena gempa cinta yang merusak hatinya. "haahhh...kau masih mengharapkan dia kembali untuk merekatkan sisi-sisi hati mu yang rontok ? jangan lah bodoh !" bayangan sisi Anna yang lain pun keluar untuk mencemoohnya, dia tidak terlalu suka melihat Anna murung karena keputusan yang dia ambil sendiri.
"hey...aku tidak bodoh, aku hanya memenuhi keinginan hati ku yang memaksa diriku untuk datang ke sana. apakah aku harus membohongi hati ku juga ? aku sudah berkorban untuk memberikan sebuah senyuman palsu yang pahit..." belum sampai Anna menyelesaikan kalimat nya dia mendapat sanggahan "senyuman palsu yang pahit ? apakah kamu tidak mendengarkan kalimat apa yang kau utarakan kepadamu sebelum kau memutuskan untuk datang ke pernikahanya ? tak aneh beberapa orang menyebut mu bodoh"
"euuuu....hmmmmmm....cukup dengan semua penghakiman ini !"Anna pun akhirnya meneguk coklat panasnya untuk menjernihkan pikirannya. "sudah tidak ada lagi pembelaan yang bisa kau ucapkan dari bibir merah mu itu ?"
Anna menghela nafas dalam nya dan kembali menyenderkan kepalanya ke jendela di sampingnya. Anna merasa ada yang memperhatikannya dari jauh. bukan di jalanan tapi di dalam coffee shop itu sendiri. keheningannya pun terganggu karena datangnya sesosok pria yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Anna pun mencoba untuk menggali-gali lagi memorinya yang penuh dengan seorang pria saja. Anna  kebingungan. "apa kita pernah bertemu sebelumnya" pertanyaan yang terlontar dari mulut Anna. Akhirnya Anna berkenalan dengan seorang pria baru lagi yang bernama Arthur. Anna merasa terganggu dengan datangnya Arthur dan akhirnya pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Arthur. dia berjalan cepat sedikit berlari tapi pria yang baru dia kenal adalah seorang yang tak kenal pantang mundur.
saat Anna menunggu taksi datang, Arthur pun datang dan berdiri di sampingnya.  "hei kita bertemu lagi, apakah ini konspirasi alam yang biasa kita kenal sebagai ketidak sengajaan atau kebetulan itu ada ?" sambil tersenyum Arthur seakan ingin menarik perhatian dari Anna. "kebetulan ? aku tidak percaya dengan sebuah kata kebetulan, yang ada adalah kebenaran tak ada kebetulan. maaf tidak ada pembetulan tapi yang ada adalah pembenaran. apa yang kau lakukan di sini ? apa kau sengaja membututi ku ?" Anna menjadi ketus.
"membututi mu? tidak aku hanya menunggu taksi dan kebetulan kau berada di sini juga. apakah aku salah berada di sini juga untuk menunggu tumpangan untuk pulang ?"
Alam seakan benar-benar membuat skenario yang hebat untuk kedua manusia ini. hujan pun turun lagi dengan derasnya yang sesaat berhenti sebelumnya. Anna pun mengeluarkan payung hitam nya tapi Arthur seakan kelabakan mencari tempat berteduh karena tidak ada tempat yang cocok untuk sekedar menunggu hujan di sisi jalan. "bolehkah aku menumpang berpayung denganmu ?"  Arthur memohon karena jaketnya tidak terbuat dari bahan yang tahan dengan air hujan. "silahkan saja tetapi saat ada taksi datang aku akan pergi"  Anna menjawab dengan ketus.
Arthur pun berdiri di samping Anna sangat dekat, karena payung Anna yang kecil menyulitkan mereka berdua untuk berdiri berdampingan dengan jarak yang renggang. tak lama langitpun bergemuruh. lalu Arthur mulai mencoba kembali membuka topik perbincangan yang baru. "apakah kau tahu ada seorang bocah yang memarahi langit karena tersentak kaget karena petir yang menyambar ? hahaha sebuah cerita yang konyol seorang Anak dan langit" Arthur tertawa sambil tersenyum "mengapa anak itu memarahi lagit ? apa salah langit dia hanya memberikan keindahan lain saat langit cerah tetapi iya memang sedikit menyeramkan saat langit terhimpun menjadi sebuah gundukan awan gelap di siang hari." Anna mulai mencoba untuk tidak ketus terhadap Arthur. 
akhirnya Arthur pun menceritakan tentang bocah dan langit dan Anna mendengarkan nya dengan seksama. "hahaha konyol sekali anak itu sampai-sampai langit pun dia marahi" Anna pun mulai terhibur dengan cerita dari Arthur. suasana menjadi cair, Anna dan Arthur pun saling berbagi cerita sambil menunggu datangnya taksi.
tak lama sebuah mobil sedan kuning datang. "akhirnya ada juga taksi tak apa bila aku pergi lebih dahulu ?" Anna merasa tidak enak karena hujan masih turun dan payung yang dia punya hanya satu-satunya. " tak apa aku bukan lah bocah yang takut petir pulanglah semoga harimu menyenangkan besok" Arthur berucap sambil membukakan pintu untuk Anna. "kapan kita bisa bertemu lagi ?
" Arthur bertanya penasaran. bila kau percaya dengan teori konspirasi alam yang kau juluki dengan kebetulan maka kita akan bertemu kembali tapi entah kapan" 
Arthur pun hanya tersenyum dan menutupkan pintu taksi. sebuah senyuman yang lega darinya karena dia bisa menghibur seseorang yang baru dia kenal. Anna pun merasa terhibur dengan hadirnya Arthur tadi dengan cerita-cerita yang mereka bicangkan. "apa kau merasa senang Anna ?" seseorang disampingnya bertanya. "aku cukup terhibur tapi tak sepenuhnya gembira" Anna menjawab. "baguslah bila begitu karena sangatlah susah membuat mu senang akhir-akhir ini. pikiranmu hanya untuk dirinya yang sudah pergi."
"ahh sudahlah mengapa kau mengungkit kembali hal pahit itu ? aku sudah berusah untuk tidak terlalu memikirkanya karena aku masih mempunyai kehidupan yang layak daripada aku terus menerus memikirkan hal itu" Anna kembali ketus dan melihat mobil yang lalu lalang di samping taksi kuning yang menerobos hujan kecil.
telpon genggamnya pun berdering ada nama "hujan" terpampang di monitornya. "hallo. hai hujan apa kabar ? lama sekali tak mendengar kabar dan suaramu, apa kau baik-baik saja ?" Anna mengangkat telpon dan menanyakan kabar dari temannya. hujan adalah sahabat Anna dari jaman mereka masih bocah sampai tumbuh menjadi dua gadis yang cantik. Hujan meninggalkan Anna untuk berkuliah di luar negri. "apa kau sedang ada disini ? baiklah kapan kita bisa bertemu ? aku sangat rindu denganmu banyak hal yang ingin aku bagikan dengan mu." Mata Anna semakin bersemangat "oke, besok kita bertemu di Coffee shop tempat biasa kita ke sana. oke hujan ? baiklah kalau begitu" Anna sangat senang karena hujan telah kembali untuk berlibur di Bandung.
Hujan datang terlebih dahulu dia duduk di tempat yang sama seperti tempat duduk Anna kemarin duduk. tepat di sebelah jendela besar tempat dimana bisa melihat aktifitas di luar Coffee shop dengan leluasa. saat Anna datang dan masuk ke Coffee shop mukanya berbinar dan senyuman lebar tidak bisa di tahan lagi saat melihat Hujan di depan matanya. "hei Hujan apa kabar ? aku sangat merindukanmu. " Anna memeluk Hujan dengan erat. "aku baik-baik saja, maafkan aku tidak sempat memberimu kabar karena tugas-tugasku yang sangat menumpuk dan tidak bisa di tinggalkan. bagaimana dengan dirimu ? dirimu nampak berbeda dari terakhir kali kita bertemu. ada apa Anna ?"
Anna pun menceritakan hal-hal yang membuatnya jatuh kedalam jurang keputus asaan. "wah, berat sekali bebanmu kemarin. tapi keputusan yang berani untuk datang ke pernikahannya. bila aku menjadi dirimu mungkin aku tidak akan datang dan lebih memilih di rumah menikmati hujan turun sambil mendengarkan musik Jazz yang bisa mengalihkan pikiranku dari nya"
"kau berkata seperti baru mengenalku saja Hujan. kau tahu kan bagaimana diriku saat hal-hal seperti itu terjadi" Anna menundukan kepalanya seakan-akan di permainkan oleh isi hatinya sendiri karena datang ke pernikahan itu. "aku tidak menyalahkan mu karena datang ke sana aku hanya memberikan perbandingan saja, hei tegakanlah kepalamu mengapa kau begitu murung. sudahlah yang sudah terjadi biarkan terjadi sekarang kau harus bangkit dan membuktikan kalau adalah sebuah kesalahan dia meninggalkan mu begitu saja. " Hujan merasa bersalah karena membuat Anna kembali murung lagi. dia memberikan motivasi-motivasi lain untuk menghiburnya.
" ada sebuah kejadian aneh Hujan. saat aku kembali dari pernikahan dia, aku datang ke tempat ini kemarin untuk menenangkan diri tetapi ketenanganku terganggu karena ada seorang pria yang datang. namanya Arthur."
"hah siapa dia ??" Hujan terbingung-bingung mendengarnya. "lalu apa yang dia lakukan ??"
"dia hanya mengajak ku berkenalan dan mencoba untuk menghiburku. awalnya aku merasa terganggu dengan kedatangnya tapi akhirnya aku merasakan rasa yang lain." Anna menceritakan kejadian saat dia bertemu dengan Arthur.
"wah...nampaknya dia tertarik dengan dirimu saat pertama bertemu. " Hujan sumringah setelah mendengar cerita tentang Arthur dan Anna.
tak lama kemudian mata Anna terpaku melihat pintu yang terbuka dan sesosok pria yang dia kenal keluar dari pintu tersebut. Anna terdiam saat Hujan menceritakan pengalamannya bersekolah di luar negri.  "heiii...Anna... apa kau tidak mendengarkan semua ceritaku ?" tanya Hujan kesal. "apa yang kau lihat Anna ?" .Anna hanya terdiam melihat seseorang di pintu. 
dan lelaki itu adalah Arthur



To be continue 



Alta Titus 

No comments:

Post a Comment