Sunday, April 17, 2016
Drama Romantis di Atas Lapangan Anfield
Wednesday, October 14, 2015
Tinder dan Klopp
Saturday, July 25, 2015
Babak baru Anna (1)
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 5 sore, waktunya Anna berkemas untuk pulang. Hari yang begitu melelahkan untuk Anna karena pekerjaan yang bertubi-tubi tiada henti sepanjang hari. Anna meyenderkan punggungnya untuk sesaat dan meluruskan kakinya yang pegal.
Anna memandang langit yang menguning, senja. "Begitu indah sore ini" Anna bergumam sendiri.
"Mau kuantar pulang Anna ?" Seorang dengan paras lumayan tampan mengagetkan Anna dengan seruan dadakannya.
"Boleh, tapi tidak sekarang. Aku masih ingin istirahat sebentar lagian jalanan pasti sedang padat-padatnya" Anna membalas ajakan pria tersebut dengan senyuman yang selalu bisa membius setiap pria agar menuruti kemauannya.
"Oh, oke kalau begitu. Aku tunggu di lobby bawah ya." Pria itu pun lalu pergi bergegas dengan sikap yang ramah juga.
Dia adalah Ale seorang fotografer. Ale sudah beberapa bulan ini mengisi hari-hari Anna. Ale lah yang menyelamatkan Anna dari jurang kegalauan terdalam.
"Ayo pulang" kata Anna ke Ale yang menunggunya
"Oke, tapi gimana kalau kita ngopi dulu. Mataku sedikit berat karena pekerjaan hari ini. Aku takut tertidur saat mengantarmu pulang...hehehe" ajak Ale
"Ide bagus, ayo berangkat" Anna mengiyakan ajakan Ale dengan antusias
Tak ada hubungan spesial sesungguhnya antara mereka berdua. Tak ada kata saling mencinta antara mereka tetapi mereka saling nyaman saat bersama. Anna begitu senang saat bersama Ale, seakan dia bisa melupakan beban yang ada di pundaknya -beban pekerjaan dan beban perasaan- . Ale pun seorang pria lajang yang menjadi idola karena paras dan sifatnya yang mudah bergaul dan sopan dengan lawan jenis. Tak hanya teman sekantornya, para model yang menjadi objek kreasinya dalam menggunakan kamera pun banyak yang jatuh hati. Dia sadar akan kelebihannya tetapi tidak memanfaatkannya sebagai alat untuk menarik lawan jenisnya untuk pergi menemaninya menikmati secangkir kopi arabica hangat di sore hari. Dia lebih senang sendiri daripada harus repot mengurusi wanita-wanita yang menjadi penggemarnya.
Hal yang berbeda dia rasakan saat bersama Anna.
Sampailah mereka di sebuah coffe shop yang tidak terlalu jauh dari kantor mereka. Sebuah gedung tua berarsitektur belanda dengan sofa-sofa antik khas belanda dan juga lampu-lampu kuning menyambut mereka.
"Pesankan aku secangkir Capucinno ya, aku akan mencari tempat untuk kita" ujar Anna sambil mencari tempat duduk dekat jendela yang menjadi favorit Anna.
"Oke, ada lagi ?" Ale membalas.
"Sudah itu saja." Anna pun membalas sambil berjalan ke tempat duduk yang sudah dia temukan.
Tak lama Ale membawakan secangkir Capucinno pesanan Anna. "Kenapa kau begitu suka duduk di dekat jendela ? Tak hanya disini di kantor pun mejamu bersebelahan langsung dengan jendela besar yang menatap kearah gedung lain." Ale bertanya penasaran.
"Aku suka melihat keadaan diluar. Tidak kah kau sadar sering terjadi hal-hal ajaib di luar sana ?" Anna menjawab sambil melemparkan senyuman hangat, sehangat kopi hitam Arabica yang Ale pesan dan sehangat suasana di Coffeshop itu.
"Hah ? Hal ajaib ?" Ale sedikit mengerutkan dahinya sambil menaikan satu alis tebalnya.
"Iya, sering terjadi hal ajaib."
"Seperti?"
"Coba kamu lihat pasangan itu, mereka terlihat begitu bahagia walaupun hanya duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi di trotoar jalan" Anna menunjuk ke pasangan kakek nenek yang menikmati senja di trotoar jalan berdua.
"Setiap pasangan mempunyai caranya sendiri untuk bahagia, tidak harus dengan gemerlap lampu restoran yang mahal, tidak harus dengan jamuan makan malam yang indah dan romantis. Kadang sepasang kekasi saling bertemu dan bisa saling memandang dan menyentuh itu bisa jadi salah satu cara ajaib dunia ini membuat mereka bahagia" Ale lalu terdiam dan memandangku. aku merasa aneh saat dia memandangku, hatiku merasa ada yang menggelitik dan membuatku tersenyum kepadanya.
"Mungkin itu hal yang telah lama tak kurasakan" ucapku sambil sedikit menunduk.
"Kenapa ?" Jawab ale
"Entah mungkin karena aku sibuk dengan pekerjaanku yang bisa hampir mengambil lebih dari setengah hariku"
"Apakah kau tidak pernah membuka mata dengan sekitarmu?"
"Maksudmu ?" Jawab Anna sambil mengerutkan dahi
"Hmmmm...tidak sudahlah, tidak usah kau pikirkan lagi. Anggap saja aku tak pernah menanyakan hal itu hehehe" Ale mengelak dengan tertawa kecil.
Anna dan Ale pun akhirnya membicarakan hal-hal pekerjaan kembali setelah sempat kikuk dengan pernyataan dari Ale ke Anna. Anna seakan ingin melupakan pernyataan yang Ale lontarkan barusan, tetapi semakin dia ingin melupakan semakin menancap dengan kuat pernyataan yang dibuat ale.
"Maksudnya apa ya ? Apakah hanya candaan tidak sengaja atau jangan-jangan dia menyimpan perasaan kepadaku" Anna mencoba bertanya dengan dirinya sendiri.
"Sudah jam segini lagi, waktu seakan berjalan cepat ya ?" Ale membereskan tasnya dan memakai jaketnya seakan bersiap untuk pulang.
"Pantas mataku terasa mulai berat, ayo kita pulang" jawab Anna.
Sepanjang perjalanan mereka tidak sedikitpun mengobrol, entah apa yang terjadi tetapi yang pasti mereka seakan masuk kedalam suatu kondisi kikuk dimana topik pembicaraan seakan menghilang dari benak mereka berdua.
"Terima kasih sekali sudah mau mengantar sampai depan rumah" ujar Anna sesampainya mereka di depan rumahnya.
"Oke, sama-sama terima kasih juga buat kopinya." Jawab Ale.
Setelah berpamitan Ale pun langsung bergegas pulang dan Anna pun masih bertanya 'apakah benar Ale....'
(To be continue)
Monday, April 6, 2015
mahasiswa tingkat akhir
tidaklah keterlaluan mahasiswa tingkat akhir semakin menjadi individualistisnya. kadang pertemanan yang sudah terbangun harmonis dari awal perkuliahan bisa hancur karena sikap individualistis yang keluar karena tuntutan "cepat lulus" dari orang tua yang semakin gencar selalu ditanyakan di rumah atau dari sanak saudara yang lain.
mahasiswa tingkat akhir adalah sekumpulan mahasiswa yang muak dengan bualan dosen dikelas yang tidak selaras dengan realitas yang ada apalagi bagi saya mahasiswa ilmu komunikasi yang sesungguhnya masih saudara sedarah dengan ilmu sosial lainya.
tidaklah muluk-muluk bila mahasiswa tingkat akhir semakin rajin bertemu dengan penjaga perpus, dan semakin ramah dengan para pekerja akademik yang dekat dengan dosen, mau tak mau dan tidak bisa di pungkiri orang seperti saya yang sering mendapatkan pembelajaran dari lapangan sedikit susah mencerna bahasa buku yang kaku dan baku, tidak seperti diskusi ringan tentang perkuliahan dengan teman yang seakan ramah dengan telinga saya ini. "mau kemana lu ??" tanya teman saya, "perpus dong, tingkat akhir nih" jawab saya mantab dan tegas. sebuah senyuman nyinyir seakan tidak mau jauh dari mahasiswa tingkat akhir yang jarang masuk perpus dan seakan anti akan buku-buku perkuliahan seperti saya ini.
"mau kemana sih lulus cepet-cepet ? mau jadi karyawan di kantor mana sih ? mau lanjut sekolah lagi ? emang ga bosen gitu 4 tahun kuliah ??" sebuah pertanyaan naif yang seakan keluar dari otak kecil saya, iri ? bisa jadi. ya siapa yang tidak iri melihat temannya sudah mengurus skripsi tapi saya masih ngurusin seminar, lahhhh seminar penelitian kecil doang saya kerjain dalam semalam buat bab pembahasannya, bagaimana nanti skripsi ? tidak terpikir oleh saya bagiamana saya menyusun kata-kata ilmiah yang seakan jauh dari perkiraan saya, nulis biasa tanpa Typo aja udah untuk ini suruh nyusun kata-kata ilmiah. seakan tidak adil perkuliahan selama 4 tahun di adili oleh sebuah penelitian dan diuji oleh dosen yang belum tentu kompeten. gelar profesor atau dokter memang melekat dengan mereka orang-orang yang kutu buku, tetapi apa iya mereka tahu kejadian di lapangan ?
itu yang menjadi salah satu pertanyaan bagi saya yang sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. penelitan sih iya pasti mereka melakukan penelitian tetapi apa mungkin mendalam atau seperti dosen-dosen yang memberikan materi pratik seperti film, televisi atau radio apa mereka memang expert di bagian itu ??
haaahhhh......sebuah pertanyaan-pertanyaan naif dan tidak tahu diri mungkin kalian bisa judge saya seperti itu tetapi menurut saya ya mendingan dosen tuh tahu keadaan dilapangan jadi tadi semena-mena membuat materi yang kadang menurut saya tidak relevan dengan kondisi jaman sekarang yang serba cepat dan mudah.
ya beginilah mahasiswa tingkat akhir terkadang ngutruk macem gini bisa mengurangi keteganggan yang ada dengan dosen yang seakan sok-sok angkuh saat ada mahasiswa bimbingan datang mencari pendapat dari orang yang menurut mereka adalah orang bisa membimbing mereka ke pintu kelulusan dan bisa memantapkan mereka sebelum bertemu para manusia-manusia pintar yang menguji didalam ruang sidang.
sorry if you diddn't agree with me, it just my opinion of my college life
Wednesday, December 17, 2014
Impian dan Harapan
Hidup dalam sebuah impian mungkin dambaan semua orang. Siapa di dunia ini yang tidak suka bermimpi atau berkhayal ? Hanya manusia-manusia berkacamata tebal dan berkepala botak mungkin yang tidak suka bermimpi, tapi apakah mungkin orang-orang tersebut tidak suka bermimpi ? Aku rasa tidak. Setiap orang memiliki mimpi dan mereka pasti berupaya keras untuk menjadikanya nyata. Tak semudah itu. Saat khayalan atau impian melampaui jangkauan, terkadang manusia menyerah dengan keadaan. Keadaan selalu menjadi kambing hitam saat semua hal gagal. padahal bila kita berpikir lebih teliti lagi keadaan adalah hasil dari keadaan sebelum keadaan menjadi kambing hitam seutuhnya. Jadi apa atau siapa yang salah saat khayalan atau impian tidak bisa tercapai ? Orang lain ? Diri kita sendiri ? Setiap orang punya jawaban masing-masing dan mereka pasti bersikukuh atas jawabannya. Manusiawi.
Saat kulihat malam ini begitu gelap khayalanku seakan terbawa kedalamnya. Kedalam sebuah lorong hitam dan gelap. Betapa aku memimpikan setitik cahaya terang saat ini, barang hanya untuk menerangi jalanku yang begitu gelap dan sunyi. Hanya suara langkah dan nafasku yang bisaku dengar. Sebuah keadaan yang sangat kusesali tapi apa daya aku telah terlarut terlalu dalam. Terlambat sudah bila ku harus menyalahkan keadaan yang sepenuhnya kuputuskan sendiri. Sekilas ku melihat sebuah cahaya kecil, tidak begitu menyilaukan mata tetapi cukup untuk membuat semangat ku bangkit kembali. Ingin rasanya diriku berlari ke cahaya kecil itu, tetapi gelap dan sunyinya lorong membuatku ragu untuk berlari. Aku masih waras dengan akal sehatku, aku merasakan pijakanku tidak semulus yang mungkin orang lain pikirkan. Aku merasa menginjak banyak batu-batu keras yang tak terhingga jumlahnya. Batu-batu kecil tetapi berjumlah banyak sama saja dengan sebuah batu sungai yang besar dan kokoh, bisa saja mencelakakanku dengan sekejap mata bila diriku tak waspada. Akhirnya ku putuskan untuk berjalan perlahan sambil kukenali jalan yang ku tapaki. Sebuah perjalanan lambat yang memberikan harapan. Cahaya itu semakin dekat denganku, aku pun sedikit memicingkan mataku dan cahaya yang terlihat dari jauh begitu kecil saat semakin dekat dengan sunber cahaya, ternyata cahaya itu begitu besar dan menyilaukan mata. Membuatku lengah akan jalan yang kutapaki. Tak terasa cahaya itu pun sangat dekat dan menyilaukan. Aku pun mulai berlari kecil. Suara langkahku semakin cepat. jantungku juga berdebar tak karuan karena menemukan jawaban dari impianku. Tetapi karena terlalu bersemangat, kaki kiriku terantuk sebuah batu. Sebuah batu yang mestinya ku waspadai penuh. Diriku pun terjatuh dan cahaya itu pun pergi. Sebuah ironi klasik saat kelengahan menghancurkan segalanya. Hatiku pun remuk karena harapanku akan cahaya itu sirna begitu saja. Hilang tak berjejak seperti jejak langkah manusia di padang pasir terhapus badai pasir. Hilang sudah. Aku pun tertunduk lesu dalam sebuah lorong harapan yang gelap dan sunyi. Seakan alam tak sudi melihat diriku bahagia. Alam punya cara lain untuk menjawab impian dan harapan seorang manusia. Tergantung dari manusia itu sendiri bisa menerima atau tidak jawaban alam tersebut. Karena alam adalah hasil impian dan harapan Tuhan.
-Alta Titus-
Friday, December 12, 2014
the Coffee Shop (part 3)
"hah...hah....maaf Hujan, aku hanya terkejut saja melihatnya. apa kau percaya dengan kebetulan ?"
"iya siapa yang kau lihat ? kebetulan ? ya itu bisa saja terjadi, kau sendiri kan semesta memiliki caranya sendiri untuk mengecohkan rencana dari mahkluk di dunia yang di juluki manusia" Hujan kesal dan mulai memangku dagu ke tangannya.
"itu pria yang waktu itu aku bertemu di sini, Arthur. kau masih ingatkan ??" Anna masih penasaran dengan kata 'kebetulan'
"ohhh Arthur, yang mana orangnya ??" Hujan mulai penasaran dengan menengok ke belakang mencari-cari sosok pria yang membuat temannya seakan melihat manusia mati kembali bisa berjalan. dan Anna pun langsung menunjukan jari telunjuknya ke arah Arthur. Arthur pun tidak sadar bila di sana ada Anna sedang melihatnya tajam. Arthur langsung memesan segelas capucino tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. setelah pesananya datang Arthur pun langsung keluar dari Coffee shop itu.
"bila kau tidak mau mengejarnya sekarang ? ya sudah itu adalah keputusanmu. semua hal tidak akan terulang dua kali." Hujan pun hanya tersenyum melihat Anna.
"euuuuuu...hmmmm....aku sudah sejak tadi di sini dan aku juga euuuu melihatmu saat masuk tadi." Anna menjawab sambil tergagap karena malu.
"mengapa kau tidak memanggilku ? maaf kan aku juga tidak melihatmu"
"euuu...tidak, aku hanya euuuu....ini kenalkan temanku Hujan"
"Hujan, nama yang bagus. Arthur" tangan Arthur dan Hujan pun saling bersalaman.
"alam sudah merencanakan sesuatu yang di luar nalar kita Anna, tapi ya terserah lagi padamu apakah kau mau percaya atau tidak. sederhana bukan ?"
"iya memang sederhana tetapi hmm...tapi aku..."
"kenapa ? aku tahu apa yang kau rasa sekarang Anna hehe"
"apa ?"
"kau tertarik padanya bukan ?? janganlah bohong pada dirimu sendiri Anna." Hujan tersenyum lagi sambil meminum segelas coklat panas yang dia pesan.
"hmmm...aku hmmmm...memang aku tertarik padanya tetapi aku masih belum bisa menerima orang baru secepat ini." Anna menutup mukanya dengan kedua tangannya. "hatiku masih pada pria yang dulu pernah singgah di hatiku selama beberapa tahun. tidak lah mudah melupakannya, tetapi Arthur seakan datang untuk memberikan cahaya baru kepada hatiku. semuanya terlalu cepat."
"sudah, mari kita berjalan-jalan saja daripada kau terdiam seperti ini. aku tidak suka melihatmu seperti ini Anna ! maafkan aku juga sedikit meremehkan mu tadi. aku hanya ingin kau kembali menatap masa depanmu yang indah dengan seseorang yang bisa mencintaimu apa adanya, aku tak mempunyai maksud lain." Hujan meminta maaf karena dia merasa bersalah membuat Anna terdiam dan menjadi muram.
"sudahlah tak usah kau pikirkan Hujan. aku tau kau seperti apa, aku bisa memaklumi perlakuanmu terhadapku tadi memang untuk membuat diriku kembali menjadi bersemangat dan tidak untuk menjatuhkan ku."
Thursday, December 11, 2014
Putri Nora dan Kerajaan Kelabu
Bertahun-tahun kemudian Nora pun tumbuh dewasa menjadi putri yang cantik jelita. Matanya bulat dan senyuman selalu hinggap di bibirnya. Putri Nora sangatlah dekat dengan Rakyat kerajaan terang. Kesenangan Kerajaan Terang selalu di pantau oleh Raja kelabu. Dia sudah bersumpah untuk membalaskan dendamnya dan dia merasa sekaranglah waktu yang tepat. Seluruh para panglima perang kerajaan kelabu pun di kumpulkannya dengan cepat untuk merundingkan taktik dan strategi penyerangan ke kerajaan terang. Akhirnya sebuah siasat tercetus, raja Kelabu sangat menginginkan putri Nora sebagai tawanannya agar bisa merebut kekuasaan kerajaan terang. Dia pun mengirimkan anaknya yang memiliki umur tidak jauh berbeda dengan Putri Nora, namanya adalah Morao.
Morao pun akhirnya menyusup ke dalam kerajaan terang. Dia berpakaian dan berkelakuan seperti layaknya rakyat kerajaan terang biasanya. Morao tahu bila Putri Nora dekat dengan rakyatnya dengan itulah dia memperdaya Putri Nora yang akhirnya terpikat dengan Morao. Setelah Morao mendapatkan hati Putri Nora, Morao pun membawa kabur Putri Nora dengan cara mengajaknya melihat keindahan bintang di salah satu buki di luar kerajaan Terang. Saat Morao dan Putri Nora tiba di bukit itu tidak lama berselang suara gemuruh langkah kaki para prajurit kerajaan kelabu datang dan diikuti oleh suara tapak kuda yang gagah yang di tunganggi raja kelabu. Raja kelabu pun tertawa dengan puas dan memuji hasil kerja anaknya Morao. Putri Nora merasa dikhianati dan merasa menyesal pernah mengenal Morao.
Putri Nora berontak dan berusaha untuk berteriak tetapi tak ada gunanya, mulutnya di sumpal oleh kain dan tangannya terikat erat oleh tali tambang yang tebal. Kerajaan Terang menjadi gempar saat Raja Terang sadar kehilangan putrinya, dia memanggil semua panglima nya dan para penjaga perbatasan gerbang kerajaanya. Raja Terang sangatlah Murka dan tidak biasanya dia seperti ini. Dia mengutus beberapa panglima perangnya dan para prajurit untuk mencari keberadaan anaknya. Sesampainya Raja kelabu di kerajaanya dia pun membuka buntalan kain yang terjepit di mulut Putri Nora. Putri Nora sangatlah tenang dia tidak lagi berontak seperti ikan salmon yang di angkat paksa dari air. Wajahnya yang rupawan memang membawa sebuah kedamaian tersendiri bagi Raja Kelabu. Tetapi kedamaian itu tertutupi oleh dendam yang masih di pendam oleh nya terhadap kerajaan Terang. Putri Nora pun di buang ke sebuah kamar gelap yang bau dan terawat. Temboknya berlumut dan sangatlah lembap. Raja Terang sedikit putus asa, pencarian Putri Nora sangatlah sia-sia. Sampai ada sebuah burung merpati berbulu kelabu hinggap di jendela kamar raja kelabu. Dia membuka surat yang terselip di kaki merpati itu. Dirinya tersontak kaget membaca surat itu yang mengatakan bila Putri Nora ada di dalam kerajaan kelabu. Raja terang kalang kabut keluar dari kamarnya menemui Ratu Terang di taman kerajaan yang selalu murung karena Putrinya hilang entah kemana. Raja dan Ratu Terang bersama para panglima dan prajurit Terang bergegas pergi ke kerajaan kelabu. Putri Nora yang di sekap oleh Raja Kelabu akhirnya di keluarkan untuk menghadap Raja kelabu. Raja kelabu mulai menanyainya hal ini dan itu tetapi Putri Nora sangatlah tenang menjawab pertanyaan - pertanyaan itu. Raja kelabu sangatlah heran dengan ketenangan Putri Nora. Seakan tidak ada rada takut di hatinya. Putri Nora pun memberikan sebuah nasihat yang berujung dengan perdamaian antara kerajaan Terang dan kerajaan Kelabu. Nasihat itupun di tolak mentah-mentah oleh Raja kelabu. Dwi matanya dendam masih harus di balaskan. Tetapi seakan hatinya terasa hangat karena kata-kata dan nasihat-nasihat putri Nora yang sangat lembut. Hatinya yang kelabu seperti mendapatkan cahaya hangat matahari di pagi hari. Matanya yang awalnya sangat sinis saat melihat Putri Nora berubah menjadi ramah. Mata Putri Nora seakan menghipnotis mata sinis Raja kelabu. Kata-kata indah yang keluar dari Putri Nora membuat hati Raja kelabu yang penuh dendam
menjadi damai.
Akhirnya pasukan, Raja dan Ratu terang pun datang di kerajaan kelabu. Raja Terang berteriak memanggil nama Putrinya. Kerajaan kelabu bagaikan kerajaan yang terkutuk. Tembok-temboknya berwarna abu-abu dan awan di atasnya pun selalu berwarna abu-abu yang gelap. Tak lama kemudian gerbang kerajaan Kelabu terbuka, berjalanlah Raja Kelabu dengan diiringi pasukannya keluar dari gerbang tersebut. Putri Nora pun di bawanya keluar dan senyuman khasnya pun kembali mampir di wajahnya saat dia melihat ayah dan ibunya. Raja kelabu mengembalikan Putri Nora dengan sukarela tanpa ada perlawanan. Dan dia pun meminta maaf karena menculik Putri Nora. Raja Terang yang tadinya sangatlah marah seketika berubah menjadi ramah karena Raja di depannya dengan rendah hati meminta maaf dan mengakui kesalahanya. Awan abu-abu pun seakan tersingkir sedikit demi sedikit memberikan celah untuk matahari sore masuk di antaranya dan membuat sebuah lembayung senja yang indah. Karena perdamaian lah yang membuat semua itu terjadi.
-tamat-
Alta Titus