Anna begitu cantik hari itu, mengenakan gaun merah dengan
riasan yang cerah membuat dirinya nampak sangat ceria. mungkin hatinya tidak
seperti wajahnya tapi dia telah menantang matahari dan akhirnya Anna pun berani
datang ke pernikahan seseorang yang dulu pernah dia cinta.
warna gaun nya menarik berbagai mata yang ada di coffe shop
itu. dengan membawa segelas coklat panas Anna pun duduk di sebelah jendela
besar yang menghadap ke jalan. dia melihat begitu banyaknya orang-orang yang
begitu bersuka cita. Anna pun merasakan kesendirian yang mendalam. tidak ada seseorang lagi di
seberang kursi tempat dia berlabuh. tak ada lagi teman yang bisa dia ajak
berbicara tentang hal-hal aneh di dunia ini. tidak ada lagi cinta yang dia
rasa. hatinya seakan membeku sampai coklat panas yang ada di depannya tidak
bisa menghangatkan hatinya.
Anna menyandarkan kepalanya di jendela kaca. dia
berusaha merapihkan kembali sisi-sisi
hatinya yang sudah rontok karena gempa cinta yang merusak hatinya.
"haahhh...kau masih mengharapkan dia kembali untuk merekatkan sisi-sisi
hati mu yang rontok ? jangan lah bodoh !" bayangan sisi Anna yang lain pun
keluar untuk mencemoohnya, dia tidak terlalu suka melihat Anna murung karena
keputusan yang dia ambil sendiri.
"hey...aku tidak bodoh, aku hanya memenuhi keinginan
hati ku yang memaksa diriku untuk datang ke sana. apakah aku harus membohongi
hati ku juga ? aku sudah berkorban untuk memberikan sebuah senyuman palsu yang
pahit..." belum sampai Anna menyelesaikan kalimat nya dia mendapat
sanggahan "senyuman palsu yang pahit ? apakah kamu tidak mendengarkan
kalimat apa yang kau utarakan kepadamu sebelum kau memutuskan untuk datang ke
pernikahanya ? tak aneh beberapa orang menyebut mu bodoh"
"euuuu....hmmmmmm....cukup dengan semua penghakiman ini
!"Anna pun akhirnya meneguk coklat panasnya untuk menjernihkan pikirannya.
"sudah tidak ada lagi pembelaan yang bisa kau ucapkan dari bibir merah mu
itu ?"
Anna menghela nafas dalam nya dan kembali menyenderkan
kepalanya ke jendela di sampingnya. Anna merasa ada yang memperhatikannya dari
jauh. bukan di jalanan tapi di dalam coffee shop itu sendiri. keheningannya pun
terganggu karena datangnya sesosok pria yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.
Anna pun mencoba untuk menggali-gali lagi memorinya yang penuh dengan seorang
pria saja. Anna kebingungan. "apa
kita pernah bertemu sebelumnya" pertanyaan yang terlontar dari mulut Anna.
Akhirnya Anna berkenalan dengan seorang pria baru lagi yang bernama Arthur.
Anna merasa terganggu dengan datangnya Arthur dan akhirnya pun memutuskan untuk
pergi meninggalkan Arthur. dia berjalan cepat sedikit berlari tapi pria yang
baru dia kenal adalah seorang yang tak kenal pantang mundur.
saat Anna menunggu taksi datang, Arthur pun datang dan
berdiri di sampingnya. "hei kita
bertemu lagi, apakah ini konspirasi alam yang biasa kita kenal sebagai ketidak
sengajaan atau kebetulan itu ada ?" sambil tersenyum Arthur seakan ingin
menarik perhatian dari Anna. "kebetulan ? aku tidak percaya dengan sebuah
kata kebetulan, yang ada adalah kebenaran tak ada kebetulan. maaf tidak ada
pembetulan tapi yang ada adalah pembenaran. apa yang kau lakukan di sini ? apa
kau sengaja membututi ku ?" Anna menjadi ketus.
"membututi mu? tidak aku hanya menunggu taksi dan
kebetulan kau berada di sini juga. apakah aku salah berada di sini juga untuk
menunggu tumpangan untuk pulang ?"
Alam seakan benar-benar membuat skenario yang hebat untuk
kedua manusia ini. hujan pun turun lagi dengan derasnya yang sesaat berhenti
sebelumnya. Anna pun mengeluarkan payung hitam nya tapi Arthur seakan kelabakan
mencari tempat berteduh karena tidak ada tempat yang cocok untuk sekedar
menunggu hujan di sisi jalan. "bolehkah aku menumpang berpayung denganmu
?" Arthur memohon karena jaketnya
tidak terbuat dari bahan yang tahan dengan air hujan. "silahkan saja
tetapi saat ada taksi datang aku akan pergi" Anna menjawab dengan ketus.
Arthur pun berdiri di samping Anna sangat dekat, karena
payung Anna yang kecil menyulitkan mereka berdua untuk berdiri berdampingan
dengan jarak yang renggang. tak lama langitpun bergemuruh. lalu Arthur mulai
mencoba kembali membuka topik perbincangan yang baru. "apakah kau tahu ada
seorang bocah yang memarahi langit karena tersentak kaget karena petir yang
menyambar ? hahaha sebuah cerita yang konyol seorang Anak dan langit"
Arthur tertawa sambil tersenyum "mengapa anak itu memarahi lagit ? apa
salah langit dia hanya memberikan keindahan lain saat langit cerah tetapi iya
memang sedikit menyeramkan saat langit terhimpun menjadi sebuah gundukan awan
gelap di siang hari." Anna mulai mencoba untuk tidak ketus terhadap
Arthur.
akhirnya Arthur pun menceritakan tentang bocah dan langit
dan Anna mendengarkan nya dengan seksama. "hahaha konyol sekali anak itu
sampai-sampai langit pun dia marahi" Anna pun mulai terhibur dengan cerita
dari Arthur. suasana menjadi cair, Anna dan Arthur pun saling berbagi cerita
sambil menunggu datangnya taksi.
tak lama sebuah mobil sedan kuning datang. "akhirnya
ada juga taksi tak apa bila aku pergi lebih dahulu ?" Anna merasa tidak
enak karena hujan masih turun dan payung yang dia punya hanya satu-satunya.
" tak apa aku bukan lah bocah yang takut petir pulanglah semoga harimu
menyenangkan besok" Arthur berucap sambil membukakan pintu untuk Anna.
"kapan kita bisa bertemu lagi ?
" Arthur bertanya penasaran. bila kau percaya dengan teori konspirasi alam
yang kau juluki dengan kebetulan maka kita akan bertemu kembali tapi entah
kapan"
Arthur pun hanya tersenyum dan menutupkan pintu taksi. sebuah
senyuman yang lega darinya karena dia bisa menghibur seseorang yang baru dia
kenal. Anna pun merasa terhibur dengan hadirnya Arthur tadi dengan
cerita-cerita yang mereka bicangkan. "apa kau merasa senang Anna ?"
seseorang disampingnya bertanya. "aku cukup terhibur tapi tak sepenuhnya
gembira" Anna menjawab. "baguslah bila begitu karena sangatlah susah
membuat mu senang akhir-akhir ini. pikiranmu hanya untuk dirinya yang sudah
pergi."
"ahh sudahlah mengapa kau mengungkit kembali hal pahit
itu ? aku sudah berusah untuk tidak terlalu memikirkanya karena aku masih
mempunyai kehidupan yang layak daripada aku terus menerus memikirkan hal
itu" Anna kembali ketus dan melihat mobil yang lalu lalang di samping
taksi kuning yang menerobos hujan kecil.
telpon genggamnya pun berdering ada nama "hujan"
terpampang di monitornya. "hallo. hai hujan apa kabar ? lama sekali tak
mendengar kabar dan suaramu, apa kau baik-baik saja ?" Anna mengangkat
telpon dan menanyakan kabar dari temannya. hujan adalah sahabat Anna dari jaman
mereka masih bocah sampai tumbuh menjadi dua gadis yang cantik. Hujan
meninggalkan Anna untuk berkuliah di luar negri. "apa kau sedang ada
disini ? baiklah kapan kita bisa bertemu ? aku sangat rindu denganmu banyak hal
yang ingin aku bagikan dengan mu." Mata Anna semakin bersemangat
"oke, besok kita bertemu di Coffee shop tempat biasa kita ke sana. oke
hujan ? baiklah kalau begitu" Anna sangat senang karena hujan telah
kembali untuk berlibur di Bandung.
Hujan datang terlebih dahulu dia duduk di tempat yang sama
seperti tempat duduk Anna kemarin duduk. tepat di sebelah jendela besar tempat
dimana bisa melihat aktifitas di luar Coffee shop dengan leluasa. saat Anna
datang dan masuk ke Coffee shop mukanya berbinar dan senyuman lebar tidak bisa
di tahan lagi saat melihat Hujan di depan matanya. "hei Hujan apa kabar ?
aku sangat merindukanmu. " Anna memeluk Hujan dengan erat. "aku
baik-baik saja, maafkan aku tidak sempat memberimu kabar karena tugas-tugasku
yang sangat menumpuk dan tidak bisa di tinggalkan. bagaimana dengan dirimu ?
dirimu nampak berbeda dari terakhir kali kita bertemu. ada apa Anna ?"
Anna pun menceritakan hal-hal yang membuatnya jatuh kedalam
jurang keputus asaan. "wah, berat sekali bebanmu kemarin. tapi keputusan
yang berani untuk datang ke pernikahannya. bila aku menjadi dirimu mungkin aku
tidak akan datang dan lebih memilih di rumah menikmati hujan turun sambil
mendengarkan musik Jazz yang bisa mengalihkan pikiranku dari nya"
"kau berkata seperti baru mengenalku saja Hujan. kau
tahu kan bagaimana diriku saat hal-hal seperti itu terjadi" Anna
menundukan kepalanya seakan-akan di permainkan oleh isi hatinya sendiri karena
datang ke pernikahan itu. "aku tidak menyalahkan mu karena datang ke sana
aku hanya memberikan perbandingan saja, hei tegakanlah kepalamu mengapa kau
begitu murung. sudahlah yang sudah terjadi biarkan terjadi sekarang kau harus
bangkit dan membuktikan kalau adalah sebuah kesalahan dia meninggalkan mu
begitu saja. " Hujan merasa bersalah karena membuat Anna kembali murung
lagi. dia memberikan motivasi-motivasi lain untuk menghiburnya.
" ada sebuah kejadian aneh Hujan. saat aku kembali dari
pernikahan dia, aku datang ke tempat ini kemarin untuk menenangkan diri tetapi
ketenanganku terganggu karena ada seorang pria yang datang. namanya
Arthur."
"hah siapa dia ??" Hujan terbingung-bingung
mendengarnya. "lalu apa yang dia lakukan ??"
"dia hanya mengajak ku berkenalan dan mencoba untuk
menghiburku. awalnya aku merasa terganggu dengan kedatangnya tapi akhirnya aku
merasakan rasa yang lain." Anna menceritakan kejadian saat dia bertemu
dengan Arthur.
"wah...nampaknya dia tertarik dengan dirimu saat
pertama bertemu. " Hujan sumringah setelah mendengar cerita tentang Arthur
dan Anna.
tak lama kemudian mata Anna terpaku melihat pintu yang
terbuka dan sesosok pria yang dia kenal keluar dari pintu tersebut. Anna
terdiam saat Hujan menceritakan pengalamannya bersekolah di luar negri. "heiii...Anna... apa kau tidak
mendengarkan semua ceritaku ?" tanya Hujan kesal. "apa yang kau lihat
Anna ?" .Anna hanya terdiam melihat seseorang di pintu.
dan lelaki itu adalah Arthur
To be continue
Alta Titus