Wednesday, October 14, 2015
Tinder dan Klopp
Saturday, July 25, 2015
Babak baru Anna (1)
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 5 sore, waktunya Anna berkemas untuk pulang. Hari yang begitu melelahkan untuk Anna karena pekerjaan yang bertubi-tubi tiada henti sepanjang hari. Anna meyenderkan punggungnya untuk sesaat dan meluruskan kakinya yang pegal.
Anna memandang langit yang menguning, senja. "Begitu indah sore ini" Anna bergumam sendiri.
"Mau kuantar pulang Anna ?" Seorang dengan paras lumayan tampan mengagetkan Anna dengan seruan dadakannya.
"Boleh, tapi tidak sekarang. Aku masih ingin istirahat sebentar lagian jalanan pasti sedang padat-padatnya" Anna membalas ajakan pria tersebut dengan senyuman yang selalu bisa membius setiap pria agar menuruti kemauannya.
"Oh, oke kalau begitu. Aku tunggu di lobby bawah ya." Pria itu pun lalu pergi bergegas dengan sikap yang ramah juga.
Dia adalah Ale seorang fotografer. Ale sudah beberapa bulan ini mengisi hari-hari Anna. Ale lah yang menyelamatkan Anna dari jurang kegalauan terdalam.
"Ayo pulang" kata Anna ke Ale yang menunggunya
"Oke, tapi gimana kalau kita ngopi dulu. Mataku sedikit berat karena pekerjaan hari ini. Aku takut tertidur saat mengantarmu pulang...hehehe" ajak Ale
"Ide bagus, ayo berangkat" Anna mengiyakan ajakan Ale dengan antusias
Tak ada hubungan spesial sesungguhnya antara mereka berdua. Tak ada kata saling mencinta antara mereka tetapi mereka saling nyaman saat bersama. Anna begitu senang saat bersama Ale, seakan dia bisa melupakan beban yang ada di pundaknya -beban pekerjaan dan beban perasaan- . Ale pun seorang pria lajang yang menjadi idola karena paras dan sifatnya yang mudah bergaul dan sopan dengan lawan jenis. Tak hanya teman sekantornya, para model yang menjadi objek kreasinya dalam menggunakan kamera pun banyak yang jatuh hati. Dia sadar akan kelebihannya tetapi tidak memanfaatkannya sebagai alat untuk menarik lawan jenisnya untuk pergi menemaninya menikmati secangkir kopi arabica hangat di sore hari. Dia lebih senang sendiri daripada harus repot mengurusi wanita-wanita yang menjadi penggemarnya.
Hal yang berbeda dia rasakan saat bersama Anna.
Sampailah mereka di sebuah coffe shop yang tidak terlalu jauh dari kantor mereka. Sebuah gedung tua berarsitektur belanda dengan sofa-sofa antik khas belanda dan juga lampu-lampu kuning menyambut mereka.
"Pesankan aku secangkir Capucinno ya, aku akan mencari tempat untuk kita" ujar Anna sambil mencari tempat duduk dekat jendela yang menjadi favorit Anna.
"Oke, ada lagi ?" Ale membalas.
"Sudah itu saja." Anna pun membalas sambil berjalan ke tempat duduk yang sudah dia temukan.
Tak lama Ale membawakan secangkir Capucinno pesanan Anna. "Kenapa kau begitu suka duduk di dekat jendela ? Tak hanya disini di kantor pun mejamu bersebelahan langsung dengan jendela besar yang menatap kearah gedung lain." Ale bertanya penasaran.
"Aku suka melihat keadaan diluar. Tidak kah kau sadar sering terjadi hal-hal ajaib di luar sana ?" Anna menjawab sambil melemparkan senyuman hangat, sehangat kopi hitam Arabica yang Ale pesan dan sehangat suasana di Coffeshop itu.
"Hah ? Hal ajaib ?" Ale sedikit mengerutkan dahinya sambil menaikan satu alis tebalnya.
"Iya, sering terjadi hal ajaib."
"Seperti?"
"Coba kamu lihat pasangan itu, mereka terlihat begitu bahagia walaupun hanya duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi di trotoar jalan" Anna menunjuk ke pasangan kakek nenek yang menikmati senja di trotoar jalan berdua.
"Setiap pasangan mempunyai caranya sendiri untuk bahagia, tidak harus dengan gemerlap lampu restoran yang mahal, tidak harus dengan jamuan makan malam yang indah dan romantis. Kadang sepasang kekasi saling bertemu dan bisa saling memandang dan menyentuh itu bisa jadi salah satu cara ajaib dunia ini membuat mereka bahagia" Ale lalu terdiam dan memandangku. aku merasa aneh saat dia memandangku, hatiku merasa ada yang menggelitik dan membuatku tersenyum kepadanya.
"Mungkin itu hal yang telah lama tak kurasakan" ucapku sambil sedikit menunduk.
"Kenapa ?" Jawab ale
"Entah mungkin karena aku sibuk dengan pekerjaanku yang bisa hampir mengambil lebih dari setengah hariku"
"Apakah kau tidak pernah membuka mata dengan sekitarmu?"
"Maksudmu ?" Jawab Anna sambil mengerutkan dahi
"Hmmmm...tidak sudahlah, tidak usah kau pikirkan lagi. Anggap saja aku tak pernah menanyakan hal itu hehehe" Ale mengelak dengan tertawa kecil.
Anna dan Ale pun akhirnya membicarakan hal-hal pekerjaan kembali setelah sempat kikuk dengan pernyataan dari Ale ke Anna. Anna seakan ingin melupakan pernyataan yang Ale lontarkan barusan, tetapi semakin dia ingin melupakan semakin menancap dengan kuat pernyataan yang dibuat ale.
"Maksudnya apa ya ? Apakah hanya candaan tidak sengaja atau jangan-jangan dia menyimpan perasaan kepadaku" Anna mencoba bertanya dengan dirinya sendiri.
"Sudah jam segini lagi, waktu seakan berjalan cepat ya ?" Ale membereskan tasnya dan memakai jaketnya seakan bersiap untuk pulang.
"Pantas mataku terasa mulai berat, ayo kita pulang" jawab Anna.
Sepanjang perjalanan mereka tidak sedikitpun mengobrol, entah apa yang terjadi tetapi yang pasti mereka seakan masuk kedalam suatu kondisi kikuk dimana topik pembicaraan seakan menghilang dari benak mereka berdua.
"Terima kasih sekali sudah mau mengantar sampai depan rumah" ujar Anna sesampainya mereka di depan rumahnya.
"Oke, sama-sama terima kasih juga buat kopinya." Jawab Ale.
Setelah berpamitan Ale pun langsung bergegas pulang dan Anna pun masih bertanya 'apakah benar Ale....'
(To be continue)
Monday, April 6, 2015
mahasiswa tingkat akhir
tidaklah keterlaluan mahasiswa tingkat akhir semakin menjadi individualistisnya. kadang pertemanan yang sudah terbangun harmonis dari awal perkuliahan bisa hancur karena sikap individualistis yang keluar karena tuntutan "cepat lulus" dari orang tua yang semakin gencar selalu ditanyakan di rumah atau dari sanak saudara yang lain.
mahasiswa tingkat akhir adalah sekumpulan mahasiswa yang muak dengan bualan dosen dikelas yang tidak selaras dengan realitas yang ada apalagi bagi saya mahasiswa ilmu komunikasi yang sesungguhnya masih saudara sedarah dengan ilmu sosial lainya.
tidaklah muluk-muluk bila mahasiswa tingkat akhir semakin rajin bertemu dengan penjaga perpus, dan semakin ramah dengan para pekerja akademik yang dekat dengan dosen, mau tak mau dan tidak bisa di pungkiri orang seperti saya yang sering mendapatkan pembelajaran dari lapangan sedikit susah mencerna bahasa buku yang kaku dan baku, tidak seperti diskusi ringan tentang perkuliahan dengan teman yang seakan ramah dengan telinga saya ini. "mau kemana lu ??" tanya teman saya, "perpus dong, tingkat akhir nih" jawab saya mantab dan tegas. sebuah senyuman nyinyir seakan tidak mau jauh dari mahasiswa tingkat akhir yang jarang masuk perpus dan seakan anti akan buku-buku perkuliahan seperti saya ini.
"mau kemana sih lulus cepet-cepet ? mau jadi karyawan di kantor mana sih ? mau lanjut sekolah lagi ? emang ga bosen gitu 4 tahun kuliah ??" sebuah pertanyaan naif yang seakan keluar dari otak kecil saya, iri ? bisa jadi. ya siapa yang tidak iri melihat temannya sudah mengurus skripsi tapi saya masih ngurusin seminar, lahhhh seminar penelitian kecil doang saya kerjain dalam semalam buat bab pembahasannya, bagaimana nanti skripsi ? tidak terpikir oleh saya bagiamana saya menyusun kata-kata ilmiah yang seakan jauh dari perkiraan saya, nulis biasa tanpa Typo aja udah untuk ini suruh nyusun kata-kata ilmiah. seakan tidak adil perkuliahan selama 4 tahun di adili oleh sebuah penelitian dan diuji oleh dosen yang belum tentu kompeten. gelar profesor atau dokter memang melekat dengan mereka orang-orang yang kutu buku, tetapi apa iya mereka tahu kejadian di lapangan ?
itu yang menjadi salah satu pertanyaan bagi saya yang sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. penelitan sih iya pasti mereka melakukan penelitian tetapi apa mungkin mendalam atau seperti dosen-dosen yang memberikan materi pratik seperti film, televisi atau radio apa mereka memang expert di bagian itu ??
haaahhhh......sebuah pertanyaan-pertanyaan naif dan tidak tahu diri mungkin kalian bisa judge saya seperti itu tetapi menurut saya ya mendingan dosen tuh tahu keadaan dilapangan jadi tadi semena-mena membuat materi yang kadang menurut saya tidak relevan dengan kondisi jaman sekarang yang serba cepat dan mudah.
ya beginilah mahasiswa tingkat akhir terkadang ngutruk macem gini bisa mengurangi keteganggan yang ada dengan dosen yang seakan sok-sok angkuh saat ada mahasiswa bimbingan datang mencari pendapat dari orang yang menurut mereka adalah orang bisa membimbing mereka ke pintu kelulusan dan bisa memantapkan mereka sebelum bertemu para manusia-manusia pintar yang menguji didalam ruang sidang.
sorry if you diddn't agree with me, it just my opinion of my college life